Proposal PTK : Make a match

Kamis, 20 Januari 2011


BAB I
PENDAHULUAN
A. Profil Proses Pembelajaran di Kelas
Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan yang membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945. Berdasarkan kurikulum yang ada, bahasa Inggris merupakan mata pelajaran yang harus diselesaikan dalam setiap tingkat satuan pendidikan.

Bahasa Inggris adalah alat untuk berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Departemen Pendidikan Nasional, yang sedang mempersiapkan standar kompetensi dalam Kurikulum 2004, menetapkan bahwa kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa Indonesia adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, serta mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya dengan menggunakan bahasa Inggris. Dengan demikian, bahasa Inggris berfungsi sebagai alat untuk berkomunikasi dalam rangka mengakses informasi selain sebagai alat untuk membina hubungan interpersonal, bertukar informasi serta menikmati estetika bahasa dalam budaya Inggris.
Pengajaran bahasa Inggris di SMP meliputi keempat keterampilan berbahasa yaitu: membaca, menyimak, berbicara dan menulis. Semua itu didukung oleh unsur-unsur bahasa lainnya, yaitu: Kosa Kata (vocabulary), Tata Bahasa (grammar) dan sebagainya sesuai dengan tema sebagai alat pencapai tujuan. Dari ke empat keterampilan berbahasa di atas, pemahaman kosakata ternyata kurang dapat berjalan sebagaimana mestinya. Siswa belum mampu berkomunikasi walaupun dalam bahasa Inggris yang sangat sederhana.

B. Profil Hasil Belajar
Proses pembelajaran bahasa inggris yang berlangsung di kelas selama ini memperlihatkan hasil yang kurang significant hal ini terutama disebabkan oleh kurangnya perbendaharaan kosakata (vocabulary). Pembelajaran di kelas berjalan lambat terutama dalam pembelajaran reading karena guru terkadang harus mengartikan semua bacaan sebelum menginstruksikan siswa untuk menjawab pertanyaan bacaan. Hal yang sama pun sering terjadi pada pembelajaran berbicara (speaking), siswa terkadang memiliki minat yang besar dalam berbicara tapi mereka tidak mengetahui apa yang harus mereka katakan karena kurangnya kosakata yang mereka miliki. Kurangnya perbendaharaan kosakata juga memiliki pengaruh yang sangat besar dalam pembelajaran mendengarkan (listening) dan menulis (writing). Hasil pembelajaran yang saya laksanakan di kelas menunjukkan bahwa banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran kosa kata bahasa Inggris. Untuk itu perlu digunakan strategi baru agar dapat meningkatkan kemampuan berbicara mereka, yaitu dengan menggunakan teknik make a match (mencari pasangan) serta game (permainan).

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan profil proses pembelajaran dan hasil belajar maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimanakah partisipasi siswa dalam pembelajaran kosa kata bahasa Inggris melalui metode make a match (mencari pasangan)?
b. Bagaimanakah hasil belajar siswa dalam pembelajaran kosa kata bahasa Inggris melalui metode make a match (mencari pasangan)?
c. Apakah penggunaan metode make a match dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar kosa kata bahasa Inggris (mencari pasangan)?

D. Bentuk Tindakan Untuk Memecahkan Masalah Sesuai dengan Masalah.
Berdasarkan masalah di atas maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan masalah tersebut di atas yakni:
1. Melakukan observasi di kelas sebagai pra tindakan sebelum pembelajaran dimulai.
2. Melakukan interview (wawancara) kepada siswa yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana ketertarikan siswa terhadap bahasa Inggris.
3. Menerapkan metode cooperative learning tipe make a match (mencari pasangan) dalam proses belajar mengajar di kelas.
4. Mereview hasil belajar dengan melakukan evaluasi berdasarkan metode make a match (mencari pasangan).

E. Argumentasi Logis
Setelah tindakan dilakukan di kelas, maka ada beberapa indikator yang dapat dijadikan sebagai argumentasi logis yaitu sebagai berikut:
a. Siswa : - Dengan penggunaan metode make a match (mencari pasangan) pemahaman siswa tentang kosa kata dapat meningkat dalam proses pembelajaran bahasa Inggris.
b. Guru : - Dapat meningkatkan keefektifan proses belajar mengajar (PBM) di kelas dengan penggunaan metode make a match (mencari pasangan).
- Dapat menjadi bahan pertimbangan dalam membuat perangkat pembelajaran
c. Sekolah : - Menghasilkan perangkat pembelajaran yang dapat digunakan di sekolah.

F. Tujuan
Penelitian dengan menggunakan metode ini bertujuan untuk:
1. Meningkatkan partisipasi siswa terkait dengan pemahaman kosa kata mereka dengan metode make a match (mencari pasangan).
2. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran kosa kata bahasa Inggris melalui metode make a match (mencari pasangan).
3. Meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran kosa kata bahasa Inggris melalui metode make a match (mencari pasangan).














BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kosakata
Kosakata (Inggris: vocabulary) adalah himpunan kata yang diketahui maknanya dan dapat digunakan oleh seseorang dalam suatu bahasa. Kosakata seseorang didefinisikan sebagai himpunan semua kata-kata yang dimengerti oleh orang tersebut atau semua kata-kata yang kemungkinan akan digunakan oleh orang tersebut untuk menyusun kalimat baru. Kekayaan kosakata seseorang secara umum dianggap merupakan gambaran dari intelegensia atau tingkat pendidikannya.
Pemahaman kosakata secara umum dianggap sebagai bagian penting dari proses pembelajaran suatu bahasa ataupun pengembangan kemampuan seseorang dalam suatu bahasa yang sudah dikuasai. Murid sekolah sering diajarkan kata-kata baru sebagai bagian dari mata pelajaran tertentu dan banyak pula orang dewasa yang menganggap pembentukan kosakata sebagai suatu kegiatan yang menarik dan edukatif.
Penguasaan kosa kata merupakan hal yang paling mendasar yang harus dikuasai seseorang dalam pembelajaran bahasa inggris yang merupakan bahasa asing bagi seluruh siswa dan masyarakat Indonesia. Bagaimana seseorang dapat mengungkapkan suatu bahasa apabila ia tidak memahami kosakata dari bahasa tersebut. Apalagi kalau yang dipelajari itu adalah bahasa asing, sehingga penguasaan kosakata bahasa tersebut merupakan sesuatu yang mutlak dimiliki oleh pembelajar bahasa.. Apabila seorang siswa memiliki perbendaharaan kata bahasa inggris yang memadai maka otomatis akan lebih menunjang pada pencapaian empat kompetensi bahasa inggris tadi. Demikian juga sebaliknya tanpa memiliki kosa kata yang memadai seorang siswa akan mengalami kesulitan dalam mencapai kompetensi berbahasa di atas
Berdasarkan kamus Oxford Learner’s Pocket Dictionary kosakata (vocabulary) adalah sebagai berikut:
1. Vocabulary is all the words that a person knows or uses (kosa kata merupakan kata-kata yang diketahui dan digunakan oleh seseorang)
2. Vocabulary is all the words in language (kosa kata merupakan semua kata yang ada pada setiap bahasa).
Dari definisi kosa kata di atas menunjukkan bahwa kosa kata merupakan semua kata yang dimiliki oleh seseoarang dalam mengungkapkan ide atau emosi mereka dan menunjukkan bahwa semua bahasa yang ada setiap negara itu mempunyai kosa kata.

B. Media Pembelajaran
Pengertian media mengarah pada sesuatu yang mengantar/meneruskan informasi (pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan. Media adalah segala bentuk dan saluran yang dapat digunakan dalam suatu proses penyajian informasi (AECT Task Force,1977:162) ( dalam Latuheru,1988:11). Robert Heinich dkk (1985:6) mengemukakan definisi medium sebagai sesuatu yang membawa informasi antara sumber (source) dan penerima (receiver) informasi. Masih dari sudut pandang yang sama, Kemp dan Dayton (1985:3), mengemukakan bahwa peran media dalam proses komunikasi adalah sebagai alat pengirim (transfer) yang mentransmisikan pesan dari pengirim (sander) kepada penerima pesan atau informasi (receiver).
Jerold Kemp (1986) dalam Pribadi (2004:1.4) mengemukakan beberapa faktor yang merupakan karakteristik dari media, antara lain:
a. Kemampuan dalam menyajikan gambar (presentation).
b. Faktor ukuran (size); besar atau kecil.
c. Faktor warna (color): hitam putih atau berwarna.
d. Faktor gerak: diam atau bergerak.
e. Faktor bahasa: tertulis atau lisan.
f. Faktor keterkaitan antara gambar dan suara: gambar saja, suara saja, atau gabungan antara gambar dan suara.
Selain itu, Jerold Kemp dan Diane K. Dayton (dalam Pribadi,2004:1.5) mengemukakan klasifikasi jenis media sebagai berikut:
a. Media cetak.
b. Media yang dipamerkan (displayed media).
c. Overhead transparency.
d. Rekaman suara.
e. Slide suara dan film strip.
f. Presentasi multi gambar.
g. Video dan film.
h. Pembelajaran berbasis komputer (computer based learning)
Istilah media disini dilihat dari segi penggunaan, serta faedah dan fungsi khusus dalam kegiatan/proses belajar mengajar, maka yang digunakan adalah media pembelajaran. Media pembelajaran adalah semua alat (bantu) atau benda yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, dengan maksud untuk menyampaikan pesan (informasi) pembelajaran dari sumber (guru maupun sumber lain) kepada penerima (dalam hal ini anak didik ataupun warga belajar). Pesan (informasi) yang disampaikan melalui media, dalam bentuk isi atau materi pengajaran itu harus dapat diterima oleh penerima pesan (anak didik), dengan menggunakan salah satu ataupun gabungan beberapa alat indera mereka. Bahkan lebih baik lagi bila seluruh alat indera yang dimiliki mampu dapat menerima isi pesan yang disampaikan (Latuheru,1988:13).
Pada umumnya keberadaan media muncul karena keterbatasan kata-kata, waktu, ruang, dan ukuran. Ditambahkan juga bahwa media pembelajaran berfungsi sebagai sarana yang mampu menyampaikan pesan sekaligus mempermudah penerima pesan dalam memahami isi pesan.
Dari beberapa penjelasan media pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah suatu alat, bahan ataupun berbagai macam komponen yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar untuk menyampaikan pesan dari pemberi pesan kepada penerima pesan untuk memudahkan penerima pesan menerima suatu konsep.

C. Metode Penelitian
Model pembelajaran Cooperative memang sangat menarik untuk dipraktekkan. Selain memiliki nilai falsafah homo homini socius (Lie, 2003:27) falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial, model ini juga mengalihkan proses pembelajaran sistem teacher center menjadi student center. Salah satu ragam metode dengan model pembelajaran cooperative adalah metode make a match. Metode make a match atau mencari pasangan ini dikembangkan oleh Lorna Curran (1994).
Menurut Ibrahim (2000:2) model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang membantu siswa mempelajari isi akademik dan hubungan sosial. Ciri khusus pembelajaran kooperatif mencakup lima unsur yang harus diterapkan, yang meliputi; saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi proses kelompok (Lie, 2003:30).
Model pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang sama sekali baru bagi guru. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas, penulis menerapkan metode pembelajaran make a match. Metode make a match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.

• Keunggulan metode make a match
Adapun keunggulan metode ini adalah sebagai berikut:
1. Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran (Let them move).
2. Kerjasama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis.
3. Munculnya dinamika gotong royong yang merata di seluruh siswa.
4. Siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.


• Kelemahan metode make a match
Sedangkan kelemahan metode ini adalah:
1. Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan
2. Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak bermain-main dalam proses pembelajaran.
3. Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai

• Langkah-langkah penerapan metode make a match sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya: pemegang kartu yang bertuliskan nama tumbuhan dalam bahasa Indonesia akan berpasangan dengan nama tumbuhan dalam bahasa latin (ilmiah).
5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
6. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.
7. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
8. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok.
9. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.

D. Kerangka Pikir
Penjelasan teori di atas maka dapat diketahui bahwa penggunaan metode make a match (mencari pasangan) merupakan salah satu metode pengajaran yang berbasis cooperative learning yang menarik dan menyenangkan sehingga siswa dengan mudah memahami pelajaran yang diberikan khususnya pembelajaran kosa kata dalam mata pelajaran bahasa Inggris.
Pengajaran dengan penggunaan metode make a match (mencari pasangan), siswa dapat mengilustrasikan apa yang mereka dapatkan sehingga muncul motivasi terhadap mata pelajaran yang disajikan terutama dalam pembelajaran kosa kata yang menurut mereka sulit. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang kosa kata dengan menggunakan metode make a match (mencari pasangan).


E. Hipotesis
Dengan penggunaan metode make a match (mencari pasangan) pemahaman siswa kelas VII SMP Negeri 4 Sinjai Utara, Kabupaten Sinjai tentang kosa kata dalam bahasa Inggris akan lebih meningkat.













BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Objek Penelitian
1. Jumlah Siswa
Dalam penelitian ini jumlah siswa yang menjadi objek penelitian yakni berjumlah 42 orang. Yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 27 orang perempuan.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Kelas VII. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 4 Sinjai Utara, Kabupaten Sinjai. Dengan mata pelajaran Bahasa Inggris.

3. Waktu Penelitian
Penelitian ini diselenggarakan pada tahun ajaran 2011-2012 semester II bulan 11 Januari – 13 Maret 2011. Dengan mengacu pada kalender pendidikan di sekolah serta penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus.
B. Langkah-langkah Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus dengan menggunakan model Kemmis & Mc. Taggart (1988) sebagai berikut:
1) Perencanaan (planning), yakni persiapan yang dilakukan untuk pelaksanaan PTK, seperti: penyusunan skenario pembelajaran, pembuatan media.
2) Tindakan (acting), yaitu deskripsi tindakan yang akan dilakukan, skenario kerja tindakan perbaikan yang akan dikerjakan, dan prosedur tindakan yang akan diterapkan.
3) Observasi (observing), yaitu kegiatan mengamati dampak atas tindakan yang dilakukan. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara pengamatan, wawancara, kuesioner atau cara lain yang sesuai dengan data yang dibutuhkan.
4) Refleksi (reflecting), yaitu kegiatan evaluasi tentang perubahan yang terjadi atau hasil yang diperoleh atas data yang terhimpun sebagai bentuk dampak tindakan yang telah dirancang. Berdasarkan langkah ini akan dapat diketahui perubahan yang terjadi dan dilakukan telaah mengapa, bagaimana, dan sejauhmana tindakan yang ditetapkan mampu mencapai perubahan atau mengatasi masalah secara signifikan. Bertolak dari refleksi ini pula suatu perbaikan tindakan dalam bentuk replanning dapat dilakukan.

C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari beberapa sumber, yakni siswa, guru dan teman sejawat serta kolaborator.


1. Siswa
Untuk mendapatkan data tentang pemahaman yang ditunjukkan dengan hasil belajar dalam proses belajar mengajar.
2. Guru
Untuk melihat tingkat keberhasilan penerapan model pembelajaran koperatif tipe make a match dan pemahaman siswa dalam pembelajaran kosa kata bahasa Inggris.
3. Kolaborator
Kolaborator dimaksudkan sebagai sumber data untuk melihat implementasi PTK secara komprehensif, baik dari sisi siswa maupun guru.

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1. Alat Pengumpulan Data
a. Tes
Menggunakan media berupa kartu/potongan kertas yang berisi kata dan kertas/potongan lainnya berisi arti/makna untuk mengevaluasi pemahaman siswa tentang kosa kata dalam bahasa Inggris.
b. Obersevasi
Menggunakan lembar observasi untuk mengukur tingkat partisipasi siswa dalam proses pembelajaran kosa kata dalam bahasa Inggris.


c. Wawancara
Menggunakan panduan wawancara untuk mengetahui pendapat dan sikap siswa tentang pembelajaran koperatif learning tipe make a match (mencari pasangan).
d. Diskusi
Menggunakan lembar hasil pengamatan.

1 komentar:

User90 mengatakan...

sob untuk buku referensinya apa aja..soalnya cukup kesulitan untuk mencarinya...trims...