MERDEY,, DARI SEGI TRANSPORTASI Januari 21, 2012 Kami di dampingi kepala sekolah berangkat dari bintuni menuju merdey. Kami naik pesawat. Yah pesawat. Mungkin kedengaran agak ”keren” gitu menuju daerah pedalaman dengan pesawat. Tapi seperti itulah sejatinya. Karena merdey hanya dapat di capai dengan jalur udara. Siang itu lah pertama kalinya aku dan 2 orang temanku menginjakkan kaki di daerah ini. Merdey, adalah sebuah kecamatan di teluk bintuni, papua barat. Daerah ini adalah salah satu distrik tertua. Tapi karena akses untuk mencapai tempat ini yang masih terbatas lewat udara membuat perkembangannya agak terhambat. Jalan darat yang menghubungkan merdey dan bintuni masih dalam tahap pengerjaan,, tapi dari desas-desus yang beredar sebentar lagi akan selesai. mungkin tinggal hitungan minggu.
foto sekolah MERDEY, KEHIDUPAN KAMI DAN MASYARAKATNYA All beginning is difficult. Pada awalnya menjalani kehidupan ala merdey sungguh terasa sulit bagi kami. Bingung mulai dari cara menyalakan kayu bakar, nasi yang tak matang-matang, sampai nanya kanan-kiri efek minum air hujan. Tapi waktu berlalu dan menguapkan sulit itu. Kami beradaptasi, kami belajar menikmati hidup. Sebuah hidup yang lebih sederhana. Sumur, air hujan, dan kabut pagi. Makanan pokok pribumi adalah kasbi alias ubi kayu. Sumpah,, ubi kayu merdey,, beda. Enak. Tapi bagi kami dan para pendatang yang lain, nasi tetap sebagai sumber karbohidrat utama. Masyarakat merdey hidup dari berkebun. Menanam kasbi dan sayur mayur. Pada Siang hari para ibu berangkat ke kebun dan pulang menjelang senja. Mereka terkadang menjual sebahagian hasil kebunnya pada pagi hari di pasar. sebuah tempat beratap seng berukuran kurang lebih 8 X 4 meter. Masyarakat pendatang di tempat ini lumayan banyak, dengan profesi yang beragam tentunya. Mulai dari guru, tenaga kesehatan, kepolisian, pedagang, kontraktor, tukang kayu, sampai pegawai bandara. Mereka bhineka tunggal ika. Makassar, Buton, Jawa, Toraja, dll. mushollah merdey MERDEY DAN KETERSEDIAAN : AIR, LISTRIK, DAN SINYAL. Air bukanlah hal yang sulit di tempat ini. Sumur ada di mana-mana. Airnya jernih. Jaraknya pun dekat. Selain itu, hujan datang hampir tiap hari. Di papua tak ada musim, terkadang panas terik,, dan tiba-tiba saja,, langit berubah gelap, hujan lebat. Drum penampungan kami pun penuh meluap-luap. Listrik memang belum menjangkau merdey, tapi kami masih bisa melihat terangnya nyala lampu neon, masih bisa melihat aksi girlband and boyband yang lagi menjamur, kasus korupsi terbaru, sampai pernikahan seleb anang-ashanti. Genset. Mungkin bagi kalian ini masuk kategori barang antik, seperti OHP yang telah tergantikan LCD. Bagi kami, Genset adalah sebuah pintu. Pintu yang membuat malam lebih terang dari sekedar cahaya bulan, pintu untuk melihat dunia dari sebuah layar kaca, dan tentunya memfungsikan laptop atau pemutar musik di hp kami. Sinyal, itulah yang merdey masih tak punya. Tapi tak sepenuhnya juga dapat di katakan kekurangan. Karena ketidakadaan di satu sisi justru membawa sisi positif di sisi sebaliknya. Tak dapat berbicara dengan orang-orang dari tempat yang jauh, membuat kami lebih intens berinteraksi dengan sesama. Menguatkan fungsi manusia sebagai makhluk sosial. Tak ada sinyal tak berarti kami terisolasi. Ada surat. Ada SSB. Dan tentunya ada HP satelit – hp model jadul tapi paling sadis nangkap sinyal. Hp ini dapat menangkap sinyal dengan baik bahkan ketika kamu ada di dalam hutan merdey.
Papua di mataku,, dulu dan sekarang,,, Aku teringat diriku di suatu siang setelah pulang dari pra-kondisi. temanku memberitahuku, apakah aku tetap kukuh berangkat ke papua. Dia baru saja menonton tv dan melihat kalau papua masih rusuh. polisi yang berjaga-jaga, panah, dan tembakan. Aku terdiam melihat kantong belanjaanku yang berisi sabun, sampho, susu, makanan ringan dan berjubel perlengkapan yang aku takut tak aku temukan di tempat tinggalku nanti. Ya.. tuhan apakah keputusanku untuk tetap ikut program ini adalah hal yang tepat. Saat mengingat hari itu,, aku sadar aku telah berpikir terlalu jauh,,, terlalu takut,, akan sesuatu yang sebenarnya tak seburuk itu. apa yang di katakan oleh salah satu pembicara saat kami prakondisi memang patut untuk di dengarkan. janganlah menafsir terlalu tertinggi atau terlalu rendah akan sesuatu. aku salah karena hari itu aku telah underestimate akan papua. saking takutnya aku belanja perlengkapanku sampai hampir setahun, segala jenis obat aku bawa, sampai pusing nanya kanan kiri vaksin malaria, obat malaria. kalau ingat diriku dan kepanikanku saat itu,, aku benar-benar berlebihan. Papua adalah tempat yang aman. papua daerah yang luas. yang telihat di tv hanyalah daerah yang konflik saja. dan tak seharusnya kita men-general-kan sesuatu. bahkan banyak dari temanku yang ikut program sm-3t berniat kembali ke tanah papua setelah menyelesaikan kuliah ppg. itu adalah bukti nyata bagaimana kehidupan di tempat ini sangatlah menyenangkan. membuat yang datang, ingin kembali lagi bahkan menetap.
SM-3T,, daerah penugasan teluk bintuni
Read More..